marishellafatfood.com – Pastel de nata, tart telur ikonis Lisbon, kini mengalami transformasi signifikan. Meskipun Pastéis de Belém sebagai pencipta asli kue ini masih ramai dikunjungi, banyak toko baru bermunculan di seluruh kota, menggarisbawahi popularitasnya yang terus meningkat sejak awal 2010-an.
Dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung, jaringan toko seperti Nata Lisboa dan Manteigaria telah membuka banyak cabang, menjadikan pastel de nata mudah diakses di berbagai tempat, termasuk kafe modern dan bandara. Namun, bagi beberapa penduduk lokal, perubahan ini membawa dampak negatif. Kue manis yang dulunya sederhana kini dianggap simbol dari perubahan ekonomi dan budaya yang mengancam keberadaan mereka serta usaha kecil lainnya.
Fernando Portelada, seorang pekerja di A Ginjinha, mengeluhkan banyaknya toko pastel de nata yang mengisi kawasan Largo São Domingos. Ia merasa kehadiran berlebihan ini menimbulkan ketidaknyamanan. Fenomena ini semakin terlihat setelah pandemi COVID-19, di mana wisatawan kembali beramai-ramai ke Lisbon, namun dengan meningkatnya harga sewa yang menyebabkan banyak restoran dan toko tradisional tutup.
Sementara itu, para pemilik toko baru semacam Castro bertujuan untuk mengangkat standar produk pastel de nata, menjanjikan kualitas tinggi dan memperbaiki cara penyajian demi menjangkau pasar global. Walaupun inovasi ini memberi peluang baru, dampaknya terhadap komunitas lokal tetap perlu diwaspadai.
Hasil akhir dari perkembangan ini adalah pastel de nata, yang kini menjadi lebih dari sekadar makanan lokal, tetapi juga simbol dari pertumbuhan ekonomi kota yang menantang tradisi dan kehadiran penghuni original Lisbon.